Monday 22 September 2008

Antara Kau dan Aku Hanya Ada Kematian...

Serem bgt yah judulnya.... ^^;

Klo "aku" adalah diri kita, maka "kau"nya bisa dikira-kira kan....
Kira-kira, klo g surga ya neraka.... jadi makin serem nih....

Supaya makin g serem, mari kita tempuh jalan yg ditunjuki dari Allah ar-Rahman, agar "kau" di kalimat di atas bisa menjadi "surga"....

Barangsiapa yang membacanya tiap usai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk jannah selain kematian

Begitulah bunyi catatan kaki di Kitab Hisnul Muslim, Syaikh al-Qahthani, yg merujuk pada suatu hadits.. hadits ini shahih, diriwayatkan oleh an-Nasai dan Ibnu Sunni, dan disebutkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul-Jami'-nya

Trus, apa yg perlu kita baca setiap abis sholat (fardhu)? Jawabannya adalah ayat kursi, krn memang catatan kaki di atas menunjuk pada bab dzikir-dzikir setelah shalat, subbab ayat kursi.

Semoga Allah benar-benar menjadikan hanya kematian sbg pemisah antara kita dan kenikmatan akhirat (surga).

Sunday 21 September 2008

Jangan Pulang Dululah....

Klo anda termasuk yg i'tikafnya itu nginep mulai magrib ampe shubuh bsk paginya... sebaiknya jangan langsung pulang abis shubuh...
Haji dan umrah dulu, baru pulang.

Haji dan umrah? Gimana caranya?
Saya tdk sedang ingin menawarkan "pintu ke mana saja"nya doraemon.. ^^;
Tapi ada ibadah yg bisa mengantarkan kita kepada pahala haji dan umrah semmmpurna, walaupun tdk ke tanah suci.

Caranya, abis sholat shubuh berjamaah di mesjid, lakukanlah aktifitas yg mengingatkan pd  Allah (bukan tidur tentunnya ;) sembari menunggu waktu dhuha (ada ustadz bilang skitar 15 menit stelah matahari terbit), setelah itu sholat 2 rakaat... setelah itu, terserah anda :)


1.
Barangsiapa yang shalat shubuh dengan jama'ah kemudian duduk dalam
rangka mengingat kepada Allah sampai terbitnya matahari, kemudian
shalat dua raka'at maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah,
Rasulullah Shallallahu wassalam bersabda: (pahalanya) sempurna,
sempurna, sempurna. (HR. at-Tirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albani)


 2.
Dari Abdullah bin Ghabir, bahwa Umamah dan 'Utaibah bin Abd
radhiallahu'anhuma menceritakan kepadannya dari Rasulullah
Shallallahu'alahi wassalam, barangsiapa yang shalat shubuh dengan
berjama'ah kemudian berdiam diri (berdzikir) sampai waktu dhuha
(matahari sudah mulai meninggi) maka baginya pahala seperti haji dan
umrah secara sempurna. (HR. ath-Thabrani, dihasankan Syaikh al-Albani)


3.
 Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama'ah kemudian duduk
dalam rangka mengingat kepada Allah sampai terbitnya matahari kemudian
shalat dua raka'at maka ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan
umrah. (HR. at-Thabrani, dihasankan Syaikh al-Albani)

Twentu saja, kewajiban haji bagi yg mampu tdk hilang dg amal di atas lho... :D


PS: amalan ini juga berlaku di luar ramadhan lho...

Kekeliruan berpikir penolak RUU pornografi

Repost dari detik.... dirangkum dikit... yg mau brita asli silahkan ke TKP.. :)

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Pertama, melupakan nilai-nilai agama yang diagungkan oleh pancasila yang berarti mengagungkan aturan luhur,” kata anggota FPKS Al Muzammil Yusuf pada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis ( 18/9/2008).

Menurut anggota Komisi I DPR ini, selain melupakan nilai agama, para penolak RUU Pornografi juga dinilai tidak siap berdemokrasi. Alasannya, proses panjang dan dialektika antar fraksi yang sudah berjalan lama tidak dihargai semestinya.

"Mereka menolak membuktikan, mereka belum siap berdemokrasi, karena mereka tak menghormati proses panjang wakil rakyat mendiskusikan RUU ini,” terang Muzammil.

Selain 2 alasan di atas, Muzammil menilai penolakan kelompok tertentu pada RUU Pornografi membuktikan mereka tidak siap menjadi bagian dari keluarga besar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Mereka melupakan amanat UUD 45 pasal 31 ayat 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan meningkatkan iman taqwa dan ahlaq mulia. Selain itu, mereka meremehkan upaya penyelamatan generasi muda dan anak,” kata Muzammil.

Muzammil juga menilai bahwa penolakan ini lebih menuruti ide kebebasan Barat. "Para penolak RUU lebih terinspirasi dan mewakili ide kebebasan Barat yang nyata-nyata gagal melindungi rakyatnya dari bahaya pornografi,”pungkasnya.

Studi Pendapat Ulama tentang Bom Manusia....

Ini bukan membahas bom yg di pakistan.... :)
klo nyang ono, kagak pake studi2an juga kyknye ulama sepakat kkagakbolehannye... apalagi kyknye bnyk muslim jg yg mati...  (allahummaghfirlahum warhamhum wa'afihim wa'fuanhum)

Cuma klo semua bom manusia dianggap kagak bole, trutama yg di palestina.. nah, klo nyang ini ulama berbeda pendapat, nyok kite pelajari...

Bukan aye nyang ngebahas.. aye mah repost aje..
Berhubung ni tulisan dbkin ama penulisnye dg berusaha memenuhi kaidah2 keilmiahan, jadinye panjang ni...selamat menikmati dah..

---------------------------------------------------------------------------------------------
Poin tambahan dari ane...

Dalam Musnad Abi Sya’ibah dari Muhammad bin Ishaq dari ‘Ashim bin Muhammad bin Qotadah berkata: Berkata Muadz bin Afra, Wahai Rasulullah, apa yang bisa membuat Robb tertawa terhadap hamba-Nya? Beliau bersabda: Dia menerjunkan diri di tengah musuh sendirian. Lalu orang itu melemparkan baju besi yang dipakainya dan maju berperang hingga akhirnya terbunuh. Dishahihkan oleh Ibnu Hizam pada Muhalla juz 7 hal 294. Disebutkan oleh Imam Thobari dalam Tarikh-nya juz 2 hal 33 dari Auf bin Harits yaitu Ibnu Afra. Demikian pada Siroh Ibnu Hisyam juz 3 hal 175.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Studi Dan Tarjih Sejumlah Pendapat Ulama Tentang Hukum Bom Manusia

Publikasi 19/09/2004

hayatulislam.net - Soal: Kita melihati bahwa bom manusia adalah satu cara yang digunakan oleh orang Islam untuk melawan musuhnya, yang seringkali digunakan oleh rakyat Palestina untuk melawan Israel. Dalam mensikapi aksi ini, para ulama berbeda pendapat tentang hukumnya. Ada yang mengatakan bahwa hal ini adalah haram, dan ada sebagian yang mengatakan bahwa bom manusia adalah halal. Lantas pendapat mana yang lebih rajih (kuat)?

Jawab:

I. Pendahuluan

Bom manusia —atau apa yang sering disebut bom bunuh diri— merupakan satu faktor signifikan dalam Krisis Palestina, karena mempunyai pengaruh efektif terhadap kebijakan politik di Palestina. Misalnya aksi bom manusia pada 12 Juni 2002 di Yerusalem yang mengakibatkan 20 warga Israel tewas dan 40 lainnya terluka. Kejadian ini membuat PM Israel, Ariel Sharon, menyatakan akan tetap menolak pendirian negara Palestina sampai aksi bom itu berhenti total.*1)

Di samping signifikansi aspek politis tersebut, aspek lain aksi bom manusia yang menarik adalah timbulnya pro kontra yang cukup tajam di kalangan para ulama dan cendekiawan mengenai hukumnya dalam fiqih Islam. Sebagian mengharamkannya sementara sebagian lainnya membolehkannya. Jurnal Inquiry and Analysis Series mendiskusikan soal legitimasi hukum bom manusia itu setidaknya sampai tiga bulan, dari Mei sampai Juli 2001. Yang terlibat dalam polemik ini tak hanya ulama fiqih, tetapi juga pakar politik, pengamat dunia Islam, serta kalangan pers. Diskusi antardispilin ilmu praktis terhenti ketika terjadi Tragedi 11 September di AS.*2)

Selain dalam jurnal ilmiah berbahasa Inggris, debat hukum bom manusia juga marak dalam media massa berbahasa Arab. Mufti Saudi Sheikh Abdul Aziz Abdullah Al-Sheik, pada majalah Al-Sharq Al-Awsat yang terbit di London, 21 April 2001 menyatakan. bahwa aksi suicide bombers (pelaku bom “bunuh diri”) itu bukan bagian dari jihad dan hanya merusak citra Islam. Dua hari kemudian, Yusuf Al-Qaradhawi dalam harian Al-Raya, 25 April 2001, terbitan Qatar, membantah fatwa mufti Saudi tersebut. Lalu dua hari berikutnya, 27 April 2001, dalam hariah Al-Hayat, Syaikh Al-Azhar Muhammad Sayyed Tantawi, menguatkan keabsahan aksi bom manusia dan berkomentar bahwa operasi bom itu adalah bagian dari jihad.*3)

Pro kontra hukum bom manusia juga mendorong sebagian ulama untuk menulis kitab khusus yang mendiskusikan hukumnya dalam perspektif fiqih Islam. Di antaranya adalah Nawaf Hail Takruri yang menulis kitab Al-‘Amaliyat Al-Istisyhidiyah fi Al-Mizan Al-Fiqhi*4) dan Dr. Muhammad Tha’mah Al-Qadah yang mengarang kitab Al-Mughamarat bi An-Nafsi fi Al-Qital wa Hukmuha fi Al-Islam.*5) Sementara itu Dr. Muhammad Khair Haikal mendiskusikan hukumnya dalam kitabnya yang sekaligus juga disertasi doktornya, Al-Jihad wa Al-Qital fi As-Siyasah Asy-Syar’iyah.*6)

Pro kontra inilah yang mendorong penulis untuk memilih tema hukum bom manusia dalam fiqih Islam. Kejelasan hukum syara’ sangat dibutuhkan dalam masalah yang amat krusial ini. Ini dikarenakan perbedaan yang ada cukup tajam dan mengandung berbagai implikasinya baik di dunia maupun di akhirat. Bagi mereka yang menganggap aksi bom manusia sebagai aksi bunuh diri (‘amaliyat intihariyah), maka implikasinya kepada para pelakunya ialah tidak diberlakukan hukum-hukum mati syahid. Dia akan dipandang sebagai orang hina karena berputus asa menghadapi kesulitan hidup. Di akhirat, pelakunya dianggap akan masuk neraka, karena telah bunuh diri. Sedang bagi mereka yang menganggap aksi bom manusia sebagai aksi mati syahid (‘amaliyat istisyhadiyah), maka implikasinya kepada para pelakunya adalah diberlakukan hukum-hukum mati syahid. Dia dianggap sebagai pahlawan dan teladan keberanian yang patut dicontoh. Dan di akhirat insyaAllah akan masuk surga.

Dalam makalah ini penulis memilih istilah “bom manusia”, sebagai terjemahan harfiyah dari sebagian literatur atau media berbahasa Inggris yang menyebut aksi pemboman ini dengan istilah “human bombing”. Istilah tersebut penulis pilih karena bersifat netral dan objektif. Sedangkan istilah lain, seperti “bom syahid” atau “bom bunuh diri” penulis anggap lebih bersifat subjektif dan kurang netral.*7)

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah yang ada penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Apakah bom manusia itu?

2. Bagaimana pendapat para ulama beserta dalil-dalilnya mengenai hukum bom manusia, baik yang melarang maupun yang membolehkan?

3. Manakah pendapat yang rajih (kuat) dari dua pendapat itu menurut kaidah-kaidah tarjih dalam disiplin ilmu ushul fiqih?

III. Metode Pembahasan

Dalam rangka menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di atas, metode pembahasan yang penulis akan tempuh adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan fakta bom manusia itu sendiri yang menjadi pangkal pembahasan. Dalam uraian mengenai fakta bom manusia ini, akan dijelaskan bagaimana secara teknis pelaksanaan bom manusia di lapangan. Penjelasan ini akan dilengkapi dengan data-data historis dan statistik mengenai bom manusia di Palestina.

2. Menjelaskan pendapat para ulama baik yang melarang maupun yang membolehkan aksi bom manusia. Akan dijelaskan juga dalil-dalil dari masing-masing pendapat tersebut.

3. Mendiskusikan dan mentarjih dua pendapat tersebut untuk mencari pendapat yang kuat (rajih).

Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini pada dasarnya adalah studi literatur (library research) dengan pendekatan perbandingan (comparative). Literatur yang digunakan adalah berbagai buku tentang hukum bom manusia, misalnya karya Takruri (2002), Al-Qadah (2002), ataupun Haikal (2002) seperti telah disebutkan di atas. Juga dimanfaatkan berbagai data dan informasi dari dunia maya (internet) yang relevan. Adapun perbandingan dan tarjih yang dilakukan, didasarkan pada kaidah-kaidah tarjih dalam ushul fiqih, baik yang terdapat dalam kitab ushul fiqih secara umum, seperti Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam karya Saifuddin Al-Amidi*8) dan kitab Irsyadul Fuhul karya Imam Asy-Syaukani*9), maupun kitab ushul fiqih yang secara khusus membahas masalah kaidah tarjih, seperti kitab Metode Tarjih atas Kontradiksi Dalil-Dalil Syara’, karya Dr. Muhammad Wafaa.*10)

IV. Fakta Bom Manusia

Pemahaman akan fakta yang menjadi sasaran penerapan hukum, sangat fundamental dalam proses istinbath hukum syara’ atau penerapan (tathbiq) hukum syara’. Para ulama ushul fiqih telah membuat rumusan bahwa hukum syara’ terhadap suatu fakta adalah cabang dari gambaran atau pengetahuan tentang fakta itu (al hukmu ‘ala asy-syai` far’un min tashawwurihi wal ‘ilmi bihi).*11)

Atas dasar itu, penulis akan mencoba memaparkan lebih dahulu fakta-fakta yang berkaitan dengan bom manusia sebelum menyampaikan berbagai pendapat ulama mengenai fakta bom manusia. Fakta-fakta ini penulis bagi menjadi empat bagian, yaitu: (1) definisi bom manusia; (2) data historis; (3) data statistik, dan (4) informasi teknis pelaksanaan bom nanusia itu sendiri.

A. Definisi

Definisi bom manusia, menurut Muhammad Tha’mah Al-Qadah adalah aktivitas seorang mujahid yang melemparkan dirinya pada kematian untuk melaksanakan tugas berat, dengan kemungkinan besar tidak selamat, akan tetapi dapat memberi manfaat besar bagi kaum muslimin.*12)

Menurut Nawaf Hail Takruri, bom manusia adalah aktivitas seorang (mujahid) mengisi tas atau mobilnya dengan bahan peledak, atau melilitkan bahan peledak pada tubuhnya, kemudian menyerang musuh di tempat mereka berkumpul, hingga orang tersebut kemungkinan besar ikut terbunuh.*13) Dapat juga penyerangan dilakukan pada berbagai sarana transportasi bermuatan banyak orang, seperti bus, pesawat terbang, kereta api, dan sebagainya. Dapat pula teknis pelaksanaannya dengan berpura-pura menyerah kepada musuh, kemudian ketika dekat dengan mereka dan memperoleh kesempatan, ia meledakkan bahan-bahan peledak yang dibawanya, sehingga menimbulkan banyak korban, baik yang terbunuh, terluka, atau mengalami kerusakan bangunan, dan termasuk juga terbunuhnya pelaku peledakan sendiri.*14)

B. Data Historis

Di Palestina, aksi bom manusia telah berlangsung setidaknya dalam 23 bulan terakhir (hingga September 2002).*15) Tepatnya, hal itu bermula ketika Sejak Syeikh Ahmad Yasin —tokoh spiritual Hamas dan inspirator gerakan jihad yang masih ada— merestui upaya Nabil Arir (24 tahun) meledakkan permukiman Israel di Kota Gaza, pada 26 Oktober 2000.

Para pelaku aksi pada umumnya berasal dari berbagai kelompok Islam yang melakukan jihad dan perlawanan terhadap Israel, yaitu Brigade Al-Qosam, Brigade Al-Aqso, Hamas, Al-Fatah, Hizbullah, Islamic Jihad, dan Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP). Menurut investigasi The Guardian, Brigade Al-Qosam —sayap militer Hamas— merupakan pemasok relawan jihad terbesar di Palestina. Dalam 56 aksi bom syahid terakhir (hingga Juli 2002), kelompok ini memasok sekitar 20 kadernya. Urutan berikutnya adalah kelompok Brigade Al-Aqsho, Islamic Jihad, dan Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP). Masing masing menyumbang 14, 11, dan dua mujahid.*16)

C. Data Statistik

Aksi bom manusia yang dilakukan di Palestina sejak bulan Oktober tahun 2000 telah mengakibatkan gugurnya 250 mujahid, yang umumnya berusia di bawah 30 tahun. Sebagian besar mereka adalah kaum muda yang sedang berada dalam usia produktif dan dinamis. Bahkan, dalam 56 aksi terakhir, pelakunya berusia di bawah tiga puluh tahun. Tiga orang di antaranya adalah wanita: Wafa Idris (27 tahun), Ayat Al-Akhras (16 tahun) dan Dari Abu Aysheh (20 tahun).*17)

Harian Yedioth Aharonot terbitan Israel, pada bulan Mei 2001 mempublikasikan data tentang tipikal para pelaku aksi bom manusia tersebut sebagai berikut:

a. sebanyak 67% pelaku aksi adalah kalangan terpelajar. Setidaknya sejumlah 39% pernah mengenyam bangku sekolah menengah atas (high school).

b. sebanyak 83% pelaku aksi adalah mereka yang masih lajang (single).

c. sebanyak 64% pelaku aksi berusia antara 18 hingga 23 tahun. Sisanya (36%), hampir semuanya berusia di bawah 30 tahun.

d. sebanyak 68% pelaku aksi berasal dari penduduk Tepi Barat.*18)

Mengenai opini penduduk Palestina tentang aksi bom manusia itu sendiri, sebuah jajak pendapat (polling) telah dilakukan oleh Palestinian Center for Public Opinion (PCPO) yang dipimpin Dr. Nabil Kukali, pada akhir Mei 2001. Respondennya adalah penduduk Palestina dewasa yang ada di Tepi Barat, Jalur Gaza, termasuk juga Yerussalem Timur. Hasilnya adalah:

a. dalam jumlah mayoritas (76,1%) muslim Palestina mendukung aksi bom manusia.

b. sejumlah kecil responden (12,5%) menolaknya (tidak setuju).

c. sejumlah 11,4% dari responden tidak menyatakan pendapatnya (abstain).*19)

d. Teknis Pelaksanaan Aksi

Seorang pelaku aksi pemboman akan mengalami 4 (empat) tahapan yang harus dilalui hingga dia menjalankan aksinya. Empat tahap itu adalah: (1) pengetesan (seleksi), (2) rekrutmen, (3) persiapan, dan (4) pelaksanaan aksi. Semua tahap-tahap ini umumnya dilaksanakan oleh berbagai brigade jihad yang ada di Palestina.*20)

Pada tahap seleksi, seorang calon pelaku aksi akan dibawa ke kamp pelatihan dan diamati terlebih dahulu perilakunya selama beberapa hari. Dilakukan juga wawancara dan diskusi dengannya. Dalam seleksi ini, akan dinilai apakah seorang calon pelaku aksi memenuhi kriteria yang ditetapkan. Menurut Sholah Syehada, Komandan Batalion Al-Qossam, calon pelaku aksi harus memenuhi empat kriteria, yaitu: (1) harus betul-betul seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam, dan direstui oleh orangtuanya; (2) bukan merupakan tulang punggung keluarganya; (3) memiliki kemampuan dan keahlian melakukan misi; dan (4) dapat menjadi teladan bagi muslim lainnya agar mengikuti jejaknya.*21)

Pada tahap rekrutmen, seorang calon aksi berarti dinilai sudah memenuhi kriteria-kriteria tersebut dan dianggap telah resmi bergabung dengan sebuah brigade serta siap menjalankan misi.

Pada tahap persiapan, seorang calon digembleng selama 20 hari dalam kamp pelatihan. Seorang instruktur akan melakukan diskusi mendalam dengan para calon tentang agama Islam. Para calon juga diajak menonton video tentang para syuhada dan menganalisis serangan yang telah dilakukan pendahulu mereka itu. Ketika persiapan sudah komplet dan mantap, para calon memasuki tahap pelaksanaan aksi.

Pada tahap pelaksanaan aksi, seorang anggota dari unit lain akan menjemput seorang calon dan menemaninya melakukan perjalanan akhir. Setelah deskripsi tugasnya ditentukan, pengebom diberi tahu secara persis pada menit-menit terakhir apa yang harus dilakukan, misalnya apakah ia akan menjadi pengebom “bunuh diri” atau menyerang target dengan granat dan senapan sampai akhirnya ia ditembak mati.

Bila ia ditentukan menjadi pengebom “bunuh diri”, dia segera mengenakan rompi yang sudah diisi dengan 10 kilogram bahan peledak dan lima kilogram paku serta baja. Ini kira-kira 15 menit sebelum ia diterjunkan ke sasaran. Di saat itulah ia diberitahu secara persis sasaran yang harus dihancurkan dengan dirinya yang sudah “berbaju” bom. Sasaran ini bisa berupa sebuah bus, pesawat terbang, kereta api, sebuah gedung pertemuan umum, sebuah supermarket, jalan yang padat pengunjung, dan sebagainya.

V. Pendapat Ulama

Secara garis besar terdapat dua pendapat ulama dalam masalah aksi bom manusia tersebut, yaitu sebagian membolehkan dan sebagian lainnya mengharamkan. Di antara ulama masa kini yang membolehkan adalah:

  1. Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaili (Dekan Fakultas Syariah Universitas Damaskus).
  2. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Ketua Jurusan Fiqih dan Ushul Fiqih Fakultas Syariah Universitas Damaskus).
  3. Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi (Ketua Jurusan Theologi dan Perbandingan Agama Fakultas Syariah Universitas Damaskus).
  4. Dr. Ali Ash-Shawi (Mantan Ketua Jurusan Fiqih dan Perundang-undangan Fakultas Syariah Universitas Yordania).
  5. Dr. Hamam Said (Dosen Fakultas Syariah Universitas Yordania dan anggota Parlemen Yordania).
  6. Dr. Agil An-Nisyami (Dekan Fakultas Syariah Universitas Kuwait).
  7. Dr. Abdur Raziq Asy-Syaiji (Guru Besar Fakultas Syariah Univesitas Kuwait).
  8. Syaikh Qurra Asy-Syam Asy-Syaikh Muhammad Karim Rajih (ulama Syiria).
  9. Syaikhul Azhar (Syaikh Muhammad Sayyed Tanthawi).
  10. Syaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi (ulama Mesir).
  11. Fathi Yakan (aktivis dakwah Ikhwanul Muslimin).
  12. Dr. Syaraf Al-Qadah (ulama Yordania).
  13. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (ulama Qatar).
  14. Dr. Muhammad Khair Haikal (aktivis dakwah Hizbut Tahrir).
  15. Syaikh Abdullah bin Hamid (Mantan Hakim Agung Makkah Al-Mukarramah).

Sementara itu ulama kontemporer yang mengharamkan aksi bom manusia antara lain:

  1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani (ulama Arab Saudi).
  2. Syaikh Shaleh Al-Utsaimin (ulama Arab Saudi).
  3. Syaikh Hasan Ayyub.

A. Dalil-Dalil Yang Membolehkan

Al-Qadah dalam kitabnya Al-Mughamarat bi An-Nafsi fi Al-Qital wa Hukmuha fi Al-Islam telah menyebutkan sekitar 20 dalil syara’ yang mendasari bolehnya melakukan aksi bom manusia, yang dihimpunnya dari pendapat-pendapat ulama yang membolehkan aksi bom manusia ini.*23) Di antaranya adalah:

1. Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri, dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur`an.” (Qs. at-Taubah [9]: 111).

Al-Qadah mengatakan bahwa wajhud dalalah (segi pemahaman dalil) dari ayat ini adalah, bahwa perang di jalan Allah mempunyai resiko besar berupa kematian (wa yuqtalun “dan mereka terbunuh”). Padahal kematian ini merupakan sesuatu yang kemungkinan besar atau pasti akan terjadi pada aksi bom manusia. Akan tetapi meski demikian, Allah SWT tetap memerintahkannya dan memberikan pahala surga bagi yang melaksanakannya. Perintah Allah SWT ini menunjukkan izin dari Allah untuk melaksanakannya.*24)

2. Firman Allah SWT:

“Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur (terbunuh) atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (Qs. an-Nisaa` [4]:74).

Wajhud dalalah dari ayat ini, menurut Al-Qadah, adalah bahwa Allah SWT menyamakan pahala orang yang gugur dengan pahala orang yang mampu mengalahkan musuh karena membela agama Allah. Dan orang yang melakukan aksi bom manusia, dalam hal ini termasuk dalam kategori orang yang gugur di jalan Allah tadi, bukan termasuk orang yang bunuh diri. Sebab andaikata termasuk orang yang bunuh diri, Allah tidak akan memberikan pahala besar baginya, tetapi malah akan memasukkannya ke dalam neraka, seperti keterangan dalam hadits-hadits Nabi Saw.*25)

3. Firman Allah SWT:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-Baqarah [2]: 195).

Ayat ini tidak melarang aktivitas perang di jalan Allah yang dapat membuat diri sendiri terbunuh. Atau dengan kata lain, membolehkan aktivitas perang semacam itu. Dan aksi bom manusia termasuk aktivitas perang yang dapat membuat pelakunya terbunuh. Pemahaman ini didasarkan pada penjelasan shahabat bernama Abu Ayyub Al-Anshari yang mengoreksi pemahaman yang salah terhadap ayat tersebut, yang dipahami sebagai larangan mengorbankan diri dalam peperangan.*26)

Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Yazib bin Abi Habib telah meriwayatkan dari Aslam bin Imran, yang berkata, ‘Kami berperang melawan pasukan Konstantinopel dan pasukan saat itu dipimpin oleh Abdurrahman bin Al-Walid. Pada waktu itu orang-orang Romawi telah merapat pada benteng kota. Kemudian seseorang maju ke tengah barisan musuh. Ketika itu orang-orang berkata, ‘Laa ilaaha illallah, ia menjatuhkan dirinya ke dalam kebinasaan.’ Maka berdirilah Abu Ayyub Al-Anshari seraya berkata, ‘Subhanallah, Allah telah menurunkan ayat ini pada kami sekalian orang Anshar. Ketika Allah telah menolong Nabi-Nya dan menampakkan agama-Nya, kami orang Anshar berkata, ‘Kita akan diam (tidak berperang) dan akan mengurus harta-harta kami. Kemudian turunlah firman Allah “maka belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.” (Qs. al-Baqarah [2]: 195). Dan yang dimaksud dengan menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan adalah

kesibukan kami mengurus harta dan meninggalkan jihad.”*27)

Al-Qadah menyimpulkan, bahwa dengan demikian, ayat ini menunjukkan bolehnya mempertaruhkan nyawa dalam peperangan, meskipun yakin akan terbunuh. Aksi bom manusia termasuk jenis aktivitas seperti ini.*28)

4. Firman Allah SWT:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya namun Allah mengetahuinya.” (Qs. at-Taubah [9]: 97).

Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan bahwa aksi-aksi bom manusia termasuk dalam bentuk jihad yang paling besar. Aksi ini termasuk dalam aksi-aksi teror (irhab) sebagaimana yang tertera dalam ayat di atas.*29)

5. Hadits Nabi Saw sebagaimana riwayat Imam Muslim berikut:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah pernah pada Perang Uhud hanya bersama tujuh orang Anshar dan dua orang dari kaum Quraisy. Ketika musuh mendekati Nabi Saw, beliau bersabda, “Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga, atau ia bersamaku di surga.” Kemudian satu orang dari Anshar maju dan bertempur sampai gugur. Musuh mendekat lagi dan Rasulullah bersabda lagi, “Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga, atau ia bersamaku di surga.” Kemudian satu orang dari Anshar maju dan bertempur sampai gugur. Dan hal ini terus berlangsung sampai ketujuh orang Anshar tersebut terbunuh.” [HR. Muslim].*30)

Ketika Nabi Saw mengatakan, “Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga…” adalah sebuah isyarat bahwa mereka akan terbunuh di jalan Allah, dan dalam hal ini kematian hampir dapat dipastikan. Peristiwa ini menunjukkan bolehnya mengorbankan diri sendiri —seperti halnya aksi bom manusia— dengan keyakinan akan mati di jalan Allah.*31)

B. Dalil-Dalil Yang Mengharamkan

Sebagian ulama seperti Nashiruddin Al-Albani dan Syaikh Shaleh Al-Utsaimin mengharamkan aksi bom manusia. Berikut pendapat mereka dan dalil-dalilnya:

1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani ketika ditanya hukum aksi bom manusia, beliau menjawab bahwa aksi bom manusia dibenarkan dengan syarat adanya pemerintahan Islam yang berlandaskan hukum Islam, dan seorang tentara harus bertindak berdasarkan perintah pemimpin perang (amirul jaisy) yang ditunjuk khalifah. Jika tidak ada pemerintahan Islam di bawah pimpinan khalifah, maka aksi bom manusia tidak sah dan termasuk bunuh diri.*32)

2. Syaikh Shaleh Al-Utsaimin ketika ditanya mengenai seseorang yang memasang bom di badannya lalu meledakkan dirinya di tengah kerumunan orang kafir untuk melemahkan mereka, beliau menjawab bahwa tindakan itu adalah bunuh diri. Pelakunya akan diazab dalam neraka Jahannam dengan cara yang sama yang digunakan untuk bunuh diri di dunia, secara kekal abadi. Beliau berdalil dengan firman Allah SWT yang melarang bunuh diri:

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Qs. an-Nisaa` [4]: 29).

Beliau juga berdalil dengan hadits-hadits Nabi Saw yang melarang bunuh diri, seperti hadits Nabi Saw:

“Barangsiapa yang mencekik lehernya, ia akan akan mencekik lehernya sendiri di neraka. Dan barang siapa yang menusuk dirinya, ia akan menusuk dirinya sendiri di neraka.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].*33)

VI. Diskusi Dan Tarjih

Dengan mendalami pendapat masing-masing baik yang membolehkan maupun yang mengharamkan aksi bom manusia, penulis berpendapat bahwa pendapat yang kuat (rajih) adalah pendapat yang membolehkan aksi bom manusia. Aksi ini menurut penulis bukanlah tindakan bunuh diri dan dengan demikian pelakunya insya Allah akan mendapatkan surga, bukan neraka.

Parameter yang penulis gunakan untuk menilai pendapat yang lebih kuat adalah ketepatan penggunaan dalil terhadap fakta yang menjadi permasalahan. Hal ini sangat penting mengingat salah satu langkah penting dalam proses istinbath hukum adalah fahmul waqi’, atau memahami fakta yang menjadi sasaran penerapan hukum. Untuk dapat menerapkan suatu ketentuan fiqih secara tepat, seorang faqih harus mengetahui fakta yang akan dihukumi. Thaha Jabir Al-Alwani ketika menyebutkan pengertian fiqih, menyatakan bahwa fiqih adalah pengetahuan seorang faqih (ahli fiqih) terhadap hukum suatu fakta (al-waqi’ah) yang diambil dari dalil-dalil yang rinci dan parsial yang telah ditetapkan Asy Syari’ (Allah) untuk menunjukkan hukum-hukumnya.*34) Definisi ini mengisyaratkan satu hal penting yang harus dimiliki seorang faqih, yaitu pengetahuan tentang fakta permasalahan (al-waqi’ah). Maka dari itu, sebagaimana ditegaskan oleh Yusuf Al-Qaradhawi, di antara sebab-sebab kesalahan fatwa adalah ketidakpahaman tentang masalah yang ditanyakan, sehingga keliru menerapkan nash-nash syara’ yang dimaksud dengan kejadian yang sebenarnya.*35)

Memahami fakta dengan baik ini, menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, adalah langkah pertama dari seseorang yang akan mengistinbath hukum syara’ untuk fakta itu. Menurut An-Nabhani metode yang harus ditempuh seorang mujtahid dalam mengistinbath hukum adalah: pertama, mengkaji masalah yang ada sehingga dipahami dengan sempurna; kedua, mengkaji nash-nash syara’ yang berkaitan dengan masalah tersebut; ketiga, mengistinbath hukum syara’ untuk masalah tersebut dari dari dalil-dalil syar’i.*36)

Fakta yang harus dipahami dan menjadi objek penerapan hukum syara’ ini oleh An-Nabhani disebutnya dengan istilah manath, yang menurut beliau manath adalah fakta yang padanya akan diterapkan suatu hukum syara’ (al-waqi’ alladzi yuthabbaqu ‘alaihi al-hukmu). Manath ini harus dikaji dengan baik dalam dua keadaan: pertama, dalam rangka proses istinbath hukum syara’ untuk menghukumi suatu manath tertentu; kedua, dalam rangka menerapkan hukum syara’ yang sudah ditetapkan pada suatu manath tertentu.*37)

Berdasarkan ini, maka ketidaktepatan memahami fakta permasalahan, akan dapat menimbulkan kekeliruan penerapan nash-nash syara’ yang pada gilirannya akan mengakibatkan kekeliruan fatwa atau ijtihad. Berkaitan dengan pendapat ulama yang mengharamkan aksi bom manusia, penulis dapati mereka kurang cermat memahami fakta yang akan menjadi objek hukum ini, yaitu tidak dapat membedakan secara jernih aktivitas bom manusia dengan aktivitas bunuh diri. Padahal di antara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar. Al-Qadah menjelaskan perbedaan bunuh diri dan aksi bom manusia dalam 3 (tiga) aspek berikut:

Pertama, Motivasi. Motivasi orang yang melakukan aksi bom manusia adalah keinginan untuk menegakkan kalimat Allah SWT. Sedangkan orang yang bunuh diri, jelas tidak punya keinginan untuk menegakkan kalimat Allah, melainkan ingin mengakhiri hidup karena berbagai kesulitan duniawi yang tidak sanggup lagi dipikul, seperti penyakit berat, kegagalan cinta, kebangkrutan usaha, kehancuran rumah tangga, dililit utang, dan sebagainya.

Kedua, Akibat di akhirat. Orang yang mati syahid mengorbankan dirinya dengan cara aksi bom manusia, buahnya adalah surga, sebagaimana janji Allah dalam banyak ayat al-Qur’an. Sedangkan akibat di akhirat bagi orang yang bunuh diri, jelas bukan surga, karena yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya adalah adzab di neraka, yaitu akan disiksa di neraka dengan cara yang sama yang digunakan untuk bunuh diri di dunia.

Ketiga, Dampak duniawi. Orang yang melakukan aksi bom manusia dalam rangka jihad, dampaknya adalah dapat mengguncang musuh, menanamkan ketakutan pada hati musuh, atau melemahkan mental mereka dalam peperangan. Ini sebagaimana terjadi di Lebanon, Sudan, Palestina, dan sebagainya. Sedang orang yang bunuh diri dampaknya hanyalah menimbulkan kesedihan dan kepedihan keluarga, dan sama sekali tidak ada dampak terhadap perlawanan kepada musuh.*38)

Perbedaan antara orang yang melakukan aksi bom manusia di jalan Allah dengan orang yang bunuh diri, dapat diringkas dalam keterangan dibawah berikut:

*Bom Bunuh Manusia

Motivasi: Ingin menegakkan kalimat Allah SWT

Akibat Akhirat: Surga, karena termasuk mati syahid

Dampak Duniawi: Mengguncang musuh atau melemahkan mental musuh

*Bunuh Diri

Motivasi: Ingin mengakhiri kehidupan karena putus asa menghadapi kesulitan duniawi

Akibat Akhirat: Neraka

Dampak Duniawi: Hanya menimbulkan kesedihan keluarga

Dengan adanya perbedaan seperti digambarkan di atas, jelas tidak tepat jika dikatakan bahwa aksi bom manusia seperti yang dilakukan para mujahidin Palestina saat ini, adalah tindakan bunuh diri yang konyol.

Namun demikian, menurut penulis pendapat Syaikh Shaleh Al-Utsaimin yang menganggap aksi bom manusia sebagai tindakan bunuh diri, tidak dapat dianggap mutlak salah. Dalam arti, pendapat tersebut masih dapat diterima dalam satu keadaan, yaitu jika pelaku aksi pemboman niatnya memang untuk bunuh diri, bukan untuk meninggikan kalimat Allah dalam rangka jihad di jalan Allah. Dalam kondisi demikian, berlakulah kaidah fiqih:

Al-umuuru bi maqaashidiha “Segala sesuatu perkara tergantung pada maksud-maksudnya.”*39)

Dengan demikian, jika seorang pelaku aksi bom manusia meniatkan aktivitasnya untuk bunuh diri karena putus asa dan ingin lari dari kesulitan hidup, dan tidak meniatkan untuk berjihad lillahi ta’ala, maka pada saat itu aktivitasnya tergolong bunuh diri yang haram menurut syara’. Maka dalil-dalil ulama yang mengharamkan aksi bom manusia seperti telah disebutkan di atas, dapat diterapkan untuk kondisi seperti ini. Sedang jika pelaku aksi berniat meninggikan kalimat Allah dan berjihad di jalan Allah, maka menurut penulis aktivitasnya tidak dapat digolongkan bunuh diri.

Adapun pendapat Syaikh Nashiruddin Al-Albani yang mensyaratkan bahwa jihad secara umum dan aksi bom manusia secara khusus wajib di bawah kepemimpinan khalifah, menurut pandangan penulis, bukan pendapat yang kuat. Hal ini karena dua alasan berikut:

Pertama, nash-nash yang mewajibkan jihad bersifat mutlak, tidak bersifat muqayyad, dalam arti tidak disyaratkan jihad wajib dilakukan bersama seorang khalifah. Misalnya firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (Qs. at-Taubah [9]: 123).

Ayat ini merupakan perintah melakukan jihad yang bersifat mutlak. Tidak ada persyaratan bahwa jihad wajib dilaksanakan di bawah kepemimpinan khalifah. Jadi keberadaan khalifah bukan syarat kewajiban jihad. Jihad tetap fardhu baik ketika khalifah ada maupun tidak ada. Hal ini disebabkan nash-nash yang bersifat mutlak tetap dalam kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang menunjukkan taqyidnya, sebagaimana kaidah ushul:

Al-Uthlaaqu yabqa ‘ala ithlaaqihi ma lam yaqum dalilun ‘ala taqyiidihi “Lafazh mutlak tetap dalam kemutlakannya selama tidak ada dalil yang membatasinya (taqyid).”*40)

Kedua, ada nash-nash hadits yang secara khusus mewajibkan jihad dalam segala keadaan, baik kaum muslimin berada di bawah pemimpin yang adil maupun yang fajir (fasik). Misalnya sabda Nabi Saw:

“Jihad itu tetap wajib atas kalian bersama setiap pemimpin, yang baik maupun yang jahat. (Sebagaimana) shalat juga tetap wajib atas kalian di belakang seorang muslim, yang baik ataupun yang jahat, sekali pun dia mengerjakan dosa-dosa besar.” [HR. Abu Dawud dan Abu Ya’la].*41)

Atas dasar hadits ini, maka jihad tetap wajib dilaksanakan meskipun pemimpin umat Islam adalah pemimpin yang zalim, termasuk di dalamnya pemimpin yang bukan khalifah.

Maka dari itu, jelaslah bahwa menurut penulis, pandangan Al-Albani yang mensyaratkan jihad harus di bawah pimpinan khalifah, adalah pandangan yang lemah dan tidak dapat diterima. Sebagai implikasinya, aksi bom manusia saat ini yang dilakukan di Palestina, pada saat khalifah kaum muslimin tidak ada semenjak runtuhnya Khilafah di Turki tahun 1924, tetap sah dan pelakunya tidak berdosa melakukannya.

VII. Kesimpulan

Dari seluruh uraian yang telah diutarakan, penulis menarik beberapa kesimpulan berikut:

1. Para ulama kontemporer berbeda pendapat mengenai hukum melakukan aksi bom manusia dalam peperangan melawan musuh kafir, seperti yang terjadi saat ini di Palestina. Ada yang membolehkan dan ada pula yang mengharamkan.

2. Dalil-dalil ulama yang membolehkan aksi bom manusia menurut penulis lebih kuat daripada yang mengharamkan, dengan pertimbangan bahwa ulama yang membolehkan mempunyai pemahaman fakta yang lebih jeli, dan dalil-dalilnya lebih sesuai untuk fakta yang dimaksudkan. Sedang dalil-dalil ulama yang mengharamkan, menurut penulis tidak sesuai dengan fakta permasalahan yang ada.

3. Ada perbedaan yang jelas antara aksi bom manusia dan tindakan bunuh diri, baik dari segi motivasi, akibat di akhirat, dan dampaknya di dunia. Namun demikian, aksi bom manusia bisa saja tergolong bunuh diri jika niatnya memang untuk bunuh diri dan bukan untuk menegakkan kalimat Allah. [M. Shiddiq al-Jawi]

Daftar Pustaka

  • Ahmad, Imam. Musnad Imam Ahmad. CD Hadits Kutub At-Tis’ah.
  • Al-Alwani, Thaha Jabir Fayyadh. 1987. Adab Al-Ikhtilaf fi Al-Islam. Cetakan III. (Washington: Al-Ma’had Al-‘Alami li Al-Fikr Al-Islami).
  • Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Bari.
  • Al-Baghdadi, Abdurrahman. 1986. Radd ‘Ala Kitab Ad-Da’wah Al-Islamiyah (Sydney: Syabab Hizbut Tahrir Australia).
  • Al-Qadah, Muhammad Tha’mah. 2002. Aksi Bom Syahid dalam Pandangan Hukum Islam (Al-Mughamarat bi An-Nafsi fi Al-Qital wa Hukmuha fi Al-Islam). Alih Bahasa Haris Muslim. Cetakan . (Banding: Pustaka Umat)
  • Al-Qaradhawi, Yusuf. 1994. Ikut Ulama Yang Mana ? Etika Berfatwa dan Mufti-Mufti Masa Kini (Al-Fatwa Baina Al-Indhibath wa At-Tasayyub). Alih bahasa Ali Tsauri dkk. Cetakan I. (Surabaya : Pustaka Progressif)
  • Al-Qarhudaghi, Ali Muhyidin. 1992..Hukm Ijra` Al-Uqud bi Alat Al-Ittishal Al-Haditsah. (Beirut: Mu`assah Ar Risalah).
  • Al-Qurthubi, Imam. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an.
  • An-Nabhani, Taqiyuddin. 1953. Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah. Juz III. Cetakan II. (Al Quds: tanpa penerbit).
  • ———-. 1973. At-Tafkir. Cetakan I. (tanpa tempat penerbit : tanpa penerbit)
  • ———-. 2001. Nizham Al-Islam. Cetakan VI. (tanpa tempat penerbit: tanpa penerbit).
  • Asy-Syafi’i, Ahmad Muhammad. 1983. Ushul Fiqh Al-Islami. (Iskandariyah: Mu`assasah Tsaqafah Al-Jama’iyah).
  • As-Suyuti, Jalaluddin. Tanpa Tahun. Al-Asybah wa An-Nazha`ir fi Al-Furu’. (Semarang: Mathba’ah Usaha Keluarga).
  • Junaedi, Dedi. “Heboh Balita Hamas”. Republika on Line, Selasa 2 Juli 2002, www.republika.co.id
  • ———-. “Suara dari Para Ulama”. Republika on Line, Selasa 3 Jui 2002. www.republika.co.id
  • ———- “Syahidnya Calon Mempelai”. Republika on Line, Rabu 3 Juli 2002, www.republika.co.id
  • ———- “Motivasi di Balik Bom Syahid”. Republika on Line, Kamis 4 Juli 2002, www.republika.co.id
  • Haikal, Muhammad Khair. 1996. Al-Jihad wa Al-Qital fi As-Siyasah Asy-Syar’iyah. Cetakan II. (Beirut: Darul Bayariq).
  • “Nyawa pun Kami Berikan”. Kompas on Line. Minggu 7 April 2002. www.kompas.com
  • “Komandan Batalion Al-Qossam Beberkan Strategi Operasi Mati Syahid”. 29 Mei 2002, www.alislam.or.id
  • Muslim, Imam. Shahih Muslim. CD Kutub At-Tis’ah.
  • Shuman, Ellis. “What Makes Suicide Bombers Tick?”. 4 Juni 2001, www.israelinsider.com
  • Takruri, Nawaf Hail.2002. Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (Al-‘Amaliyat Al-Istisyhidiyah fi Al-Mizan Al-Fiqhi). Alih Bahasa M. Arif Rahman. Cetakan I. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar).
  • Wafaa, Muhammad. 2001. Metode Tarjih Atas Kontradiksi Dalil-Dalil Syara’ (Ta’arudh Al-Adillah Asy-Syar’iyah min Al-Kitab wa As-Sunnah wa At-Tarjih Bainaha). Alih Bahasa Muslich. Cetakan I. (Bangil: Al-Izzah).

Catatan Kaki:

  1. Dedi Junaedi, “Heboh Balita Hamas”, Republika On Line, Selasa 2 Juli 2002, www.republika.co.id
  2. Dedi Junaedi, “Suara dari Para Ulama”, Republika On Line, Selasa 3 Jui 2002, www.republika.co.id
  3. Ibid.
  4. Lihat Nawaf Hail Takruri, Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (Al-‘Amaliyat Al-Istisyhidiyah fi Al-Mizan Al-Fiqhi), alih bahasa M. Arif Rahman, Cetakan I, (Jakarta :Pustaka Al-Kautsar), 2002.
  5. Muhammad Tha’mah Al Qadah, Aksi Bom Syahid dalam Pandangan Hukum Islam (Al-Mughamarat bi An-Nafsi fi Al-Qital wa Hukmuha fi Al-Islam), alih bahasa Haris Muslim, Cetakan I, (Banding : Pustaka Umat), 2002.
  6. Muhammad Khair Haikal, Al-Jihad wa Al-Qital fi As-Siyasah Asy-Syar’iyah, Cetakan II, (Beirut : Darul Bayariq), 1996.
  7. Kenetralan istilah dalam kajian diperlukan agar tidak terjadi tahsil al-hasil, yaitu menghasilkan kesimpulan yang sudah dihasilkan. Ungkapan “bom syahid dalam pandangan Islam”, atau “bom bunuh diri dalam pandangan Islam” tak ubahnya seperti ungkapan “riba bank dalam pandangan Islam.” Yang tepat mestinya “bunga bank dalam pandangan Islam”, sebab “bunga bank” menggambarkan fakta objektif. Sedang “riba bank” adalah suatu penilaian atas fakta, atau kesimpulan atas suatu fakta.
  8. Saifuddin Al-Amidi, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, Juz III dan IV, (Beirut : Darul Fikr), 1996.
  9. Imam Asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul Ila Tahqiq Al-Haq min ‘Ilm Al-Ushul, (Beirut: Darul Fikr), tanpa tahun.
  10. Muhammad Wafaa, Metode Tarjih Atas Kontradiksi Dalil-Dalil Syara’ (Ta’arudh Al-Adillah Asy-Syar’iyah min Al-Kitab wa As-Sunnah wa At-Tarjih Bainaha), alih bahasa Muslich, Cetakan I, (Bangil ; Al-Izzah), 2001.
  11. Ali Muhyidin Al Qarhudaghi, Hukm Ijra` Al-Uqud bi Alat Al-Ittishal Al-Haditsah , (Beirut: Mu`assah Ar Risalah), 1992, hal. 9.
  12. Muhammad Tha’mah Al-Qadah, op.cit., hal. 17.
  13. Nawaf Hail Takruri, op.cit. hal. 2; Muhammad Tha’mah Al-Qadah, op.cit., hal. 12 dan 17.
  14. Nawaf Hail Takruri, op.cit. hal. 2-3.
  15. Dedi Junaedi, “Syahidnya Calon Mempelai”, Republika On Line, Rabu 3 Juli 2002, www.republika.co.id
  16. Ibid.
  17. Dedi Junaedi, “Motivasi di Balik Bom Syahid”, Republika On Line, Kamis 3 Juli 2002, www.republika.co.id
  18. Data ini dikutip oleh Ellis Shuman, “What Makes Suicide Bombers Tick?”, 4 Juni 2001, www.israelinsider.com
  19. Ibid.
  20. Ini berdasarkan investigasi Hala Jaber, seorang penulis Lebanon, yang laporannya diturunkan dalam London Sunday Times, edisi 25 Maret 2001. Lihat “Nyawa pun Kami Berikan”, Kompas On Line, Minggu 7 April 2002, www.kompas.com
  21. “Komandan Batalion Al-Qossam Beberkan Strategi Operasi Mati Syahid”, 29 Mei 2002, www.alislam.or.id
  22. Muhammad Tha’mah Al-Qadah, op.cit., hal. 49; Nawaf Hail Takruri, op.cit., hal. xiv-xv.
  23. Muhammad Tha’mah Al-Qadah, op.cit., hal. 23-37.
  24. Muhammad Tha’mah Al Qadah, op.cit., hal. 23 (dengan sedikit perbaikan dan tambahan redaksional); Muhammad Khair Haikal, op.cit., Juz II, hal. 1400.
  25. Muhammad Tha’mah Al Qadah, op.cit., hal. 24 (dengan sedikit perbaikan dan tambahan redaksional).
  26. Muhammad Tha’mah Al Qadah, op.cit., hal. 25.
  27. Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an, Juz II, hal. 361.
  28. Muhammad Tha’mah Al Qadah, op.cit., hal. 26.
  29. Nawaf Hail Takruri, op.cit., hal. 97.
  30. Shahih Muslim, hadits no. 1789, Juz III, hal. 1315.
  31. Muhammad Tha’mah Al Qadah, op.cit., hal. 30; Muhammad Khair Haikal, op.cit, Juz III, hal. 1400.
  32. Fatwa lengkap Al-Albani lihat Muhammad Tha’mah Al Qadah, op.cit., hal. 50-51, dan 54; Lihat juga Nawaf Hail Takruri, op.cit., hal.68-70. Namun dalam kedua sumber ini tidak ada nash khusus yang disebut oleh Al-Albani.
  33. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, Juz III, hal. 593; Musnad Imam Ahmad, Juz II, hal. 435.
  34. Thaha Jabir Fayyadh Al-Alwani, Adab Al-Ikhtilaf fi Al-Islam, Cetakan III, (Washington: Al-Ma’had Al-‘Alami li Al-Fikr Al-Islami), 1987, hal. 104
  35. Yusuf Al-Qaradhawi, Ikut Ulama Yang Mana ? Etika Berfatwa dan Mufti-Mufti Masa Kini (Al-Fatwa Baina Al-Indhibath wa At-Tasayyub), alih bahasa Ali Tsauri dkk, Cetakan I, (Surabaya : Pustaka Progressif), 1994, hal. 72.
  36. Taqiyuddin An-Nabhani, Nizham Al-Islam, Cetakan VI, (tanpa tempat penerbit: tanpa penerbit), 2001, hal. 74. Lihat juga kitab An Nabhani lainnya dalam pembahasan ini, At-Tafkir, Cetakan I, (tanpa tempat penerbit: tanpa penerbit),1973, hal. 148.
  37. Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Juz III, Cetakan II, (Al Quds: tanpa penerbit), 1953, hal. 339-341. Bandingkan dengan definisi manath menurut Al-Amidi, Al-Ihkam, Juz III, hal. 204.
  38. Muhammad Tha’mah Al-Qadah, op.cit., hal. 18-21.
  39. Lihat Jalaluddin As-Suyuti, Al-Asybah wa An-Nazha`ir fi Al-Furu’, (Semarang: Mathba’ah Usaha Keluarga), tanpa tahun, hal. 6.
  40. Ahmad Muhammad Asy-Syafi’i, Ushul Fiqh Al-Islami, (Iskandariyah: Mu`assasah Tsaqafah Al-Jama’iyah), 1983, hal. 322; Imam Asy-Syaukani, op.cit. hal.164; Saifuddin Al-Amidi, op.cit., Juz III, hal. 3.
  41. Abdurrahman Al-Baghdadi, Radd ‘Ala Kitab Ad-Da’wah Al-Islamiyah, (Sydney: Syabab Hizbut Tahrir Australia), 1986, hal. 122.

sumber: http://musliminsuffer.wordpress.com/2008/08/30/studi-dan-tarjih-sejumlah-pendapat-ulama-tentang-hukum-bom-manusia/

Friday 19 September 2008

Hari gene masih buka di resto.....

Tidak..... sy tidak sedang akan menjelaskan dalil2 larangan buka puasa di resto :).... krn emang kykny g ada dalil2 ttg itu, setidaknya menurut saya yg ilmunya cetek ini ^^;

Tidak ada yg salah dengan buka puasa di resto.. apalagi klo restonya menyediakan kurma, lebih mantap tuh, krn lebih dekat pada sunnah.

Yang menjadi masalah, terkadang orang2 yg buka puasa di resto kebablasan tuk tidak ikut jamaah sholat isya di mesjid...
Ini masalah. Di bulan yg penuh berkah, bulan ketika pahala dilipatgandakan, ketika setan2 diikat, tnyt kita masih mudah mengorbankan sholat berjamaah di mesjid dg harga yg sgt murah...

Masalah ini terkadang tidak hanya menimpa mereka yg berbuka di resto, tp juga yg berbuka di rumah, bila diadakan acara semacam buka bersama. Jika acara2 smacam ini tdk dikoordinir dg baik, biasanya berakibat tdk hadirnya mereka di jamaah sholat isya di mesjid2.

Sebagian beralasan, bhw mereka tetap bisa sholat isya berjamaah walaupun tdk di mesjid. Sepulang dari restoran, berjamaah di rumah bersama keluarga, atau di tempat buka bersama, berjamaah bersama peserta buka.

Jika demikian kondisi kita, hendaklah kita mengingat sabda makhluk paling mulia,
"Sesungguhnya shalat yang paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat itu, pastilah mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak. Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah-rumah mereka dengan api." (HR Bukhari, Muslim, shahih).

Hendaklah pula kita mengingat kisah seorang buta yg bertanya kepada rasulullah shallallahu alaihi wasallam.. "Ya Rasulullah, saya tidak punya orang yg dapat menuntunku ke mesjid." Dia meminta agar nabi shallallahu alaihi wasallam membolehkannya sholat di rumah, dan nabi membolehkannya. Lalu, ketika sang buta membalikkan badannya, Nabi memanggilnya dan bertanya, "Apakah kau mendengar suara adzan?" Sang buta menjawab,"Ya." Lalu Nabi berkata, "kalau begitu jawablah panggilan itu (dengan mendatangi  mesjid) [HR. Muslim, shahih]

...

Terkadang sebagian dari kita merasa nyaman mendengarkan suara adzan isya dari balik jendela2 restoran sambil menikmati santapan kita yg tdk habis2 dari sejak lepas magrib. Atau di atas bentangan2 karpet di rumah kita, sambil menikmati makanan penutup buka bersama yg dibumbui tawa dan canda, tanpa rasa peduli terhadap panggilan tuk menghadap Sang Pemberi Makan.

Yang paling parah adalah, ketika kita menyengaja mencari tempat berbuka yg jauh dari mesjid, hingga suara adzan pun tak terdengar, hingga kita merasa punya alasan tambahan tuk tidak menghadiri jamaah isya di rumahNya. Jangankan isya, magrib pun alakadarnya. Astaghfirullah....

Saya tidak mengatakan bhw tidak ada uzur yg dpt membolehkan kita tidak menghadiri panggilan berjamaah. Tapi apakah uzur kita? Apakah kita buta? Bahkan bila kita buta, kebanyakan kita punya banyak kerabat dan sahabat yg siap tuk mengantar dg nyaman menjawab panggilan adzan...

Sebenarnya renungan ini, pentingnya para lelaki menghadiri jamaah sholat di mesjid (bukan hanya isya), tidak hanya menjadi renungan di bulan suci ini. Tapi hal ini menjadi perlu kembali kita camkan dalam diri kita di bulan penuh berkah ini. Terlebih lagi di 10 hari yg terakhir. Di saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, makhluk yg telah dijamin surga, bahkan menjauhi istri2nya, bagian dari kerabatnya yg paling pantas untuk dipedulikan. Sementara kita masih senang mempedulikan perut kita.....

.......
...............


Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan,... ."
Demikian janji Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam salah satu hadits shahihnya (HR al-Bazzar, Ahmad, Ibnu Majah)

Yakinkah kita bahwa kita termasuk orang-orang yang telah dibebaskan dari neraka di siang dan malam ramadhan sebelum ini? Jika tidak, mengapa kita tidak bersegera padanya...

Tidak sedikit di antara kita yg mengaku gembira menyambut kedatangan ramadhan, tp mungkin tidak sedikit pula di antaranya yg sebenarnya hanya gembira menyambut menu2 khas berbuka di bulan puasa, tanpa bnyk peduli thd janji-janjiNya yg lebih berharga.

Sekali lagi, renungan ini bukanlah ajakan tuk tidak berbukan di resto, atau menghadiri buka bersama, dll. Tapi ini hanyalah sebuah renungan, agar kita semakin menggunakan otak kita, salah satu anugrah terbaikNya, dalam merancang acara2 semacam itu, di saat jam, menit, detik, begitu dapat mempengaruhi tempat kita di akhirat.

“Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan “Amin”, maka akupun mengucapkan Amin….”[HR. Ibnu Khuzaimah, shahi]

Demikianlah Jibril telah berdoa, dan Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengaminkan...

Wallahul-musta'an
Dan Allah-lah Yang Maha Penolong

Monday 15 September 2008

Kenapa Semua Ini Bisa Terjadi?

Salurkan zakat melalui amil yang amanah.. :)

Forward mailnya RZI nih....
Slain RZI, yg saya ktahui profesionalismnya dlm hal ini adalah PKPU (dapet lisensi PBB, bo!)

Berebut Zakat, 21 Orang Tewas
Pasuruan - Pembagian uang zakat di RT III RW IV Kelurahan
Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan yang dilakukan
seorang pengusaha H Syaikon memang sudah diperkirakan akan
berlangsung ricuh.

Sebab selain karena cara mengaturnya yang amburadul, tak ada satu
pun penjagaan dari pihak kepolisian. Hal itu diungkapkan oleh salah
satu warga yang ikut antre zakat, Ny Ida (40) warga Desa Wirogunan
Kecamatan Purworejo Kota Pasuruan.

Dia mengaku pembagian tahun ini berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya. Bila sebelumnya, warga antre bisa secara berurutan
tanpa di batasi pagar. Namun kali ini, pembagian dilakukan memberi
batas berupa pagar bambu setinggi 2 meter untuk warga.

"Pagar ini yang membuat warga tidak bisa keluar dan masuk ke
lokasi. Jadi terjebak di dalam pagar tersebut. Sementara yang di
luar terus mendorong warga lainnya agar bisa masuk dan mendapat
bagian," kenang Ny Ida saat bersama tetangganya, Supratmi saat di
lokasi kejadian, Senin (15/9/2008).

Diduga warga yang tewas karena terinjak-injak ini mereka yang
terjebak di dalam pagar bambu.

Sementara dari pantauan detiksurabaya. com di lokasi pagi tadi
sekitar pukul 07.00 WIB warga terlihat berjubel sejak pukul 04.00
WIB. Padahal pintu pagar bambu batasan pemberian zakat dan warga
baru dibuka pukul 07.00 WIB. Warga yang terlihat antre rata-rata
wanita berusia 40 tahunan.

Informasi yang dihimpun, zakat yang disalurkan H Syaikon ini
nilainya bervariasi. Antara Rp 10 ribu-Rp 40 ribu. Kini H Syaikon
dimintai keterangan di Mapolresta Pasuruan.(sumber: detikdotcom) (fat/gik)

Sobat zakatSyaikhul Muqorrbin, masyaAllah, kenapa semua ini mesti terjadi di tengah-tengah semua orang tunduk berlomba meraih keberkahan di bulan ramadhan, miris sekali. Dikala potensi amal sholeh tidak di kelola dengan baik. Bukan keberkahan tapi malah korban jiwa yang berjatuhan. Bukan manfaat yang tersebar malah duka yang mendalam. Manakala pentingnya pengelolaan zakat secara terorganisir dengan baik, secara profesional, belum menjadi persepsi kita bersama, entah sampai kapan cita-cita kesejahteraan itu akan benar-benar terwujud. Semoga ini menjadi hikmah kita bersama.


Sunday 7 September 2008

Prophet Mohamed Seminar-Tokyo, 21 Sept

Start:     Sep 21, '08 1:00p
End:     Sep 21, '08 5:00p
Dear Muslim organizations, societies, and Mosques in Japan
Assalam alikom

Ramdan Mubarek

The Muslims organizations in Japan are collectively and jointly organizing a seminar on Sunday, Sept, 21 2008, 1.00 pm - 5:00 pm at Yayoi Auditorium, Tokyo University Hongo Campus.
The objective is to inform the people about Islam, Muslims, and role of Prophet Mohamed PBUH for peace and civilization of the world.

For more details, plese visit the website of the seminar.
http://www.msaj.info/seminar/about.html
The website is including all details (program, speakers' profiles, access map, pamphlet, poster....etc. )
I request from all organzations to put this link on thier website.

-Pamphlet and poster about the seminar have been published. If you need pamphlet or poster to distribute to your Japanese friends, please send your address to Mr. Harroun Qureshi (jitharoon@hotmail. com) (Japan Islamic Trust).

Wajzakom Allah khayran

Abdelrahman
Secretary general - Seminar Organizing Committee

Iklan rokok??!




:D ...
omoshiroi