Tuesday 24 February 2009

Surat Dari Gaza

Copy paste... :)

---------------------------------------------------------------------------------------

Selasa 3 februari 2009

Ini hari ketujuh, saya berbaur dengan warga korban agresi Israel di Gaza. Satu hari saya di Rafah, enam hari sampai sekarang saya bertahan di Jabalia Gaza Utara. Saya melihat Gaza masih utuh, yakni semangat juang rakyat dan cara bertahannya. Gaza masih kukuh, meski blokade Israel makin menggila.

Meski spirit warga Gaza terus membara, secara fisik Gaza porakporanda. Pemukiman penduduk, sekolah, masjid, dan pusat pemerintahan hancur total. Kerusakan terhebat dialami di Rafah, Khanyounis, Bayt Lahia, Bayt Hanun, dan Jabalia. Tetapi roda pemerintahan berderak tak terbendung.

Pemerintahan resmi Hamas, tetap menjalankan perannya dengan baik. Tanpa kantor, aparat kepolisian dan keamanan tetap beroperasi. Di Rafah misalnya, meski kantor polisi dihancurkan rudal dan bom Israel, mereka tetap berkantor di jalanan dengan absensi selembar kertas. Bahkan mereka sempat menangkap lima orang pengedar narkotika dari Mesir dan Israel .

Gaza City, ibukota Gaza, oase lain di tengah reruntuhan bangunan dan gedung di Gaza . Pusat kota Gaza ini masih utuh. Gedung-gedung yang punya konstruksi bangunan terkokoh di Arab 'mungkin' masih angkuh menatap lepas laut Mediterania. Bank dan fasilitas publik lainnya masih berjalan baik. Kemacetan lalulintas juga pandangan hari-hari, seakan mengatakan "Kami masih utuh wahai Israel!".

Biaya hidup di Gaza tinggi. Nilai US$1 sama dengan 3,8 Shekel (mata uang Israel). Transaksi sehari-hari rakyat Palestina memakai mata uang Israel . Hotel dengan tarif terendah mencapai US$100. Pasca perang, biaya hidup di Gaza naik lebih dari 300 persen.Setelah 5 Februari besok, pintu perbatasan Rafah melalui Mesir akan ditutup. Saya dan orang asing lainnya, diminta Kementerian Luar Negeri Mesir, untuk keluar Gaza sebelum tanggal 5. Ini seperti mimpi buruk. Selanjutnya, perbatasan yang akan dibuka melalui Israel di Karem Abu Salom dan El Auda. Saya membayangkan, jika pintu masuk Gaza melalui Israel, sama halnya dengan mengisolasi total warga Gaza dari dunia luar. Hati saya terus bertanya, mungkinkah suplai kebutuhan hidup melalui terowongan di Rafah mampu menghidupi 2,5 juta lebih penduduk Gaza? Pun, juga heran, bagaiama mungkin pasca gempuran yang demikian hebat, semua jenis kendaraan di Gaza masih beroperasi secara baik. Darimana suplai bahan bakarnya? Makin ingin memahami kehidupan Gaza, rasanya rumit dan tak masuk akal.

Rasanya adil, jika akhirnya Hamas memplokamirkan kemenangannya. Karena Gaza bisa berdenyut lebih cepat dan makin kuat. Bahkan Hamas juga masih mampu melontarkan roket ke Israel, tiap kali Israel memancing keruh dengan melempar rudalnya ke Rafah, Khanyounis, dan Jabalia. Dalam catatan saya, Hamas hampir tak pernah menembakkan roketnya lebih dulu. Biasanya, jika Israel menembakkan rudal lebih dulu, Hamas baru membalasnya dengan dua sampai tiga roket. Mereka juga ingin menjelaskan, bahwa Hamas masih kokoh sebagai kekuatan militer di Gaza .

Di Gaza, saya berpetualang menjumpai para korban agresi Israel. Saya merekam cukup baik apa suara mereka. Dari anak-anak sampai orangtua. Dalam catatan saya, delapan dari sepuluh anak laki-laki di Gaza bercita-cita jadi anggota Brigadir Al-Qosam. Sisanya ingin jadi guru dan pekerja sosial. Sedangkan tujuh dari sepuluh anak perempuan di Gaza, ingin jadi dokter. Mereka ingin mengobati para mujahidin yang terluka, jika Israel menyerang tanah mereka.

Dari setiap anak yang saya ajak berbincang, mereka punya suara kejujuran yang tulus tentang perdamaian. "Kami mencintai perdamaian dengan siapapun. Tetapi jika tanah kami dijajah dan orangtua kami dibunuh, kami akan melawan dengan maupun tanpa Hamas," kata Fatimah Atlas, 13, di reruntuhan puing bekas rumahnya, Bay Lahia.

Murid kelas dua madrasah itu, ayahnya lumpuh oleh senjata Israel. Dia terkurung tujuh hari di sekolahnya, saat Israel menyerang. Ada 10 temannya yang mati syahid di sekolah, saat itu terkena ledakan bom.Untuk menghemat biaya hidup, saya tinggal di rumah-rumah penduduk. Mereka sangat cinta orang Indonesia. Di sepanjang jalan saya lewati, setiap mulut berucap "Ahlan wa sahlan Indonesia! (Selamat datang saudaraku dari
Indonesia). Di masjid-masjid tempat saya salat, para jamaah selalu mengerubungi saya. Nafas rasanya sesak, karena seringnya dipeluk. Para imam masjid saling berebut ingin menjamu saya dan menginap di rumahnya.

Keluarga di Gaza hidup dalam kesehajaan. Tetapi untuk menjamu tamu, mereka rela mengorbankan makanan terbaiknya. Kadang, saya belanja roti di warung pinggir jalan, tapi karena tahu saya orang Indonesia, mereka tidak mau menerima uang saya. Bahkan saya diajak masuk rumah mereka dan dijamu makan. Ingin menolak, tapi postur tubuh mereka yang tinggi, membuat saya tak berdaya mengelak. Lengan saya yang kecil ditarik paksa masuk rumah.

Teman-teman saya di Jakarta tahu, saya tidak doyan roti. Tapi di Gaza dengan lidah dan mulut yang terus berontak, saya paksakan untuk menelan roti itu. Ironisnya, porsi yang mereka suguhkan sama dengan porsi yang mereka makan. Repot tapi mengharukan.

Tidak hanya merekam kehidupan anak-anak dan keluarga di Gaza. Saya juga dijamu Brigadier Al-Qosam, sayap militer Hamas yang kerap membuat Israel kerepotan dan stres. Suatu malam, saya diajak patroli mengunjungi markas dan tempat penjagaan mereka di perbatasan Gaza-Israel di daerah Jabalia. Jarak ke Israel tak kurang dari 1 km .
Mereka menyambut kami ramah. Muka mereka ditutup sarung kepala hitam, hanya tampak mulut dan matanya. Setiap prajurit menenteng senjata AK 47. Beberapa di antaranya memegang roket anti tank buatan Rusia. Sebagian roket modifikasi buatan sendiri yang diberi nama Yassin. Menukil nama almarhuh Syeh Ahmad Yassin yang dibunuh Israel .

Satu malam saya bersama mereka. Jalan kaki memutari perbatasan Jabalia. Bau badan mereka harum, nafas yang mereka keluarkan tiap bercakap juga harum. Tidak saya temui, nafas parjurit al-Qosam bau jengkol. Telapak
tangannya kekar dan kuat. Suarnya lembut dan santun. Saya tidak dapat mengenali siapa mereka. Tapi, beberapa di antaranya sepertinya saya tidak asing. Pernah berjumpa pada siang sebelumnya.
Saya mencoba mengingat siapa yang saya salami malam itu. Esok hari saya berjumpa anak-anak muda yang berpakaian rapi di masjid-masjid. Beberapa saya merasakan seperti sebagian dari orang yang saya jumpai semalam.

Benar saja, sebagian mereka mengaku. Melihat gelagatnya, sulit menebak jika anak-anak muda yang gagah, rapi, santun, dan kalem ini adalah pejuang Al-Qosam yang garang di medan laga.Tak lupa, mereka juga mengajak saya ke rumah para mujahidin yang luka. Mereka ada yang terluka di kepala, hancur tangan, kaki, dan tubuh yang tidak utuh. Ajaibnya, luka-luka mereka cepat sekali pulih. Menurut seorang dokter di Gaza , suhu dingin di Gaza bagian dari sebab kenapa luka-luka itu cepat sembuh. Seorang mujahidin ada yang empat kali terjun ke medan tempur, dan empat kali juga tubuhnya terluka. Tapi tidak ciut, dia ingin menjadi mujahidin sampai syahid menjemput.

Saat ini di Indonesia , banyak foto-foto calon legislatif dan calon presiden. Tapi di Gaza tak kalah banyak foto-foto terpampang di jalan-jalan dan gang-gang. Tapi bukan foto caleg. Foto-foto yang dipampang di Gaza adalah foto-foto para mujahidin yang syahid. Mereka menjadi idola dan bintang bagi masyarakat Palestina umumnya. Mereka para syahid yang dihormati, karena membela tanah Gaza secuil yang ingin direbut Israel . Di Gaza, saya merasakan hukum al-Quran diamalkan. Ini tercermin dari tingkah laku dan kehidupan masyarakat Gaza . Masjid-masjid penuh tiap sholat lima waktu. Rasanya saya ingin tinggal lama di tanah para mujahidin ini.

Tapi, saya harus kembali membawa kabar pada dunia, bahwa tidak ada teroris di Palestina. Semua warga Gaza mencintai Hamas. Ia, pemerintahan dan kekuatan militer yang syah di Palestina. Hamas memenangi pemilu secara demokratis. Dan hamas dicintai secara total oleh rakyat. Anak-anak di Gaza dan Palestina kini makin membumi, mencintai perlawanan dan selalu mengidolakan para mujahidin yang syahid.

Ini, catatan hari ke-7 saya di Gaza untuk masyarakat Indonesia. Juga untuk istri saya Ernita Susanti yang telah melahirkan calon pembela agama dan pejuang keadilan, Azmiah Rusydina, Arsa Wening, dan Nazlus Shobah. Salam rindu dari Gaza. o*

sumber: http://hariansingga lang.co.id/ index.php? mod=detail_ berita.php&id=157

Sunday 22 February 2009

Vatikan ikut2an fatwa haram golput..

Nah lho?? :)

--------------------------------------------------------------------------
INDONESIA  Catholics Urged To Participate In Election As Voter Registration Deadline Nears
September 22, 2008  |  IJ05793.1516  |  632 words     Text size  

JAKARTA (UCAN) -- With the deadline for voter registration approaching, Jakarta archdiocese has issued a letter urging Catholics to participate in the upcoming general election.

ij_jakarta_2.gif"The 2009 general election is near. Participating in this general election is our right and responsibility as citizens and our calling as the faithful," says the letter signed by Vicar General Father Yohanes Subagyo, highest archdiocesan official after the archbishop.

The archdiocese directed its 60 parishes to read out the letter, "Motivating Jakarta Archdiocese's Catholics to participate in the 2009 General Election," at weekend Masses on Sept. 13 and 14, and on Sept. 20 and 21. This is the first such letter the local Church has issued.

Sept. 26 is the last day eligible citizens can register to vote in the April 9, 2009, general election, for which the General Election Commission has approved 38 political parties, some of them religion-based. It also designated a nine-month campaign period that began on July 8.

"If we exercise our right to vote in this general election, we too will determine eligible leaders we can trust to govern for the next five years," the Church statement says. "But if we do not vote, we give an opportunity to certain parties we might not side with to take care of this state."

Church people say they fear activists from Islamist parties will try to prevent non-Muslim voters from casting ballots.

The letter informs Catholics they can register by sending a text message to a number provided by the local general election commission. It also tells them they can check if their names are on the voters' list by looking at their neighborhood community announcement board or checking with the local registration authority.

Parish priests and other Catholics who spoke with UCA News say they welcome the letter.

Father Kaitanus Saleky of Christ the Savior Church in Slipi, West Jakarta, said he had the letter read out in his church during Masses on the set days, and also would have it read out at neighborhood prayer meetings.

"I will keep telling my parishioners about this in my homilies. I am also planning to organize a seminar to inform parishioners about eligible candidates," the Immaculate Heart of Mary priest said. He suggested that Catholics get as much information as possible about all election candidates.


lengkapnya di:


http://www.ucanews.com/2008/09/22/catholics-urged-to-participate-in-election-as-voter-registration-deadline-nears/


Saturday 21 February 2009

Negara tanpa rokok??

Yang saya tahu sampai saat ini baru Bhutan-lah yg melarang penjualan rokok di negaranya (sejak 2004)...
Semua penjualan dilarang. Walaupun, sayangnya, konsumsi tetap diperbolehkan bagi turis asing, diplomat, dan anggota NGO.

Tapi bagaimanapun yg dilakukan merupakan langkah baik. Sayangnya saya belum tahu ada negara Islam yg berani seperti itu. Bahkan Saudi saja tetap memperbolehkan jual beli rokok (suatu peringatan lagi bagi yg berbepndapat di Saudi tdk ada kemaksiatan yg nyata).

Sunday 8 February 2009

Siapkah Kita?

Tentang krisis nih..... puncaknya belum tiba.. jadi memang blm saatnya tenang..

Kata seorang senior saya di Jepang; siapkan pelampung Anda, klo mampu siapkan juga pelampung buat yg lain..

Senior saya yg lain menulis ttg hal berikut ini..

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Menurut koran yang terbit di Jepang yaitu Asahi
Shimbun hari ini (Sabtu, 7 Februari 2009) ada
9 Perusahaan Elektronik Raksasa yang mengalami
kerugian yang cukup besar sehingga mereka memangkas
jumlah karyawannya.

Diurutkan dari yang terbanyak mengalami kerugian
dan langkah-langkah yang diambil oleh perusahaan :

(satuannya : 1 milyar yen)
1. Hitachi kerugiannya 700
Mengurangi dan memindahkan karyawan di luar dan
di dalam Jepang sebanyak 7000 orang
2. Panasonic kerugiannya 380
Mengurangi karyawan di dalam dan di luar jepang
sebanyak 15000 orang
3. NEC kerugiannya 290
Mengurangi karyawan di dalam dan di luar Jepang
sebanyak 20000 orang termasuk di dalamnya
karyawan tetap 10000 orang
4. Toshiba kerugiannya 280
Mengurangi karyawan kontrak di dalam Jepang
sebanyak 4500 orang
5. Sony kerugiannya 150
Mengurangi karyawan di dalam dan di luar Jepang
sebanyak 16000 orang
6. Sharp kerugiannya 100
Mengurangi karyawan kontrak di dalam Jepang
sebanyak 1500 orang
7. Fujitsu kerugiannya 20
Memindahkan karyawan di dalam Jepang terutama
bidang semiconductor sebanyak 2400 orang
8. Mitsubishi Electric kerugiannya 10
Mengurangi karyawan kontrak di dalam Jepang
sebanyak 500 orang
9. Sanyo Eletric kerugiannya 0
Mengurangi karyawan kontrak terutama di bidang
semikonduktor di dalam dan di luar Jepang
sebanyak 1200 orang

Dari data di atas terlihat Perusahaan Jepang banyak
mengurangi karyawan kontraknya. Memang demikian adanya,
perusahaan sangat berhati-hati dalam mengurangi karyawan
tetap karena bila mereka mengurangi karyawan tetap,
mereka akan mendapat protes yang keras dari Persatuan
Buruh di perusahaan tersebut.