Wednesday 23 September 2009

Hidup Buat Apa?

Seorang kaya, bos perusahaan besar sedang berlibur di sebuah pulau kecil. Setelah menikmati sarapan mewah yang disiapkan koki spesial di vila pribadinya, Si Orang Kaya berjalan-jalan menyusuri pantai yang tidak jauh dari vilanya.

Tak lama berjalan, ia melihat seorang nelayan yang sedang bersandar di pojok perahu kayunya yang sederhana, sambil menikmati angin pantai. Si Orang Kaya pun menghampirinya.

Orang kaya: Assalamualaykum. Sedang santai, Pak?
Nelayan : Waalaykumussalam warahmatullah. Iya, abis nangkep ikan dari semalem sampe shubuh tadi. Bapak yang tinggal di vila itu yah?

Orang kaya: Iya, saya sedang berlibur, beberapa tahun belakangan hampir tidak pernah libur soalnya. Bapak dalam sehari cuma nangkep ikan sekali aja?
Nelayan: Iya. Setelah itu santai dan menghabiskan waktu besama keluarga.

Orang kaya: Mengapa tidak menggunakan waktu lebih banyak untuk menangkap ikan?
Nelayan: Untuk apa? Sekarang saja sudah cukup untuk hidup.

Orang kaya: Kalau menangkap ikan lebih banyak, Bapak akan punya uang untuk ditabung.
Nelayan: Untuk apa punya tabungan?

Orang kaya: Dengan tabungan, nanti bisa beli perahu yang lebih bagus, dan menangkap ikan lebih banyak lagi.
Nelayan: Untuk apa menangkap ikan lebih banyak?

Orang kaya: Untuk menabung lebih banyak. Nanti Bapak bisa punya lebih dari satu perahu dan punya perusahaan penangkapan ikan.
Nelayan: Untuk apa punya perusahaan penangkapan ikan?

Orang kaya: Kalau punya perusahaan penangkapan ikan, Bapak tidak perlu lagi repot-repot nangkep ikan sendiri, dan tabungan uang Bapak akan terus bertambah banyak.
Nelayan: Untuk apa tabungan yang terus bertambah banyak?

Orang kaya: Agar nanti Bapak bisa santai menikmati hidup.
Nelayan: Santai menikmati hidup? Lha, memang sekarang saya sedang apa?

Keadaan hening sejenak. Lalu Si Orang Kaya pun tersenyum, seakan tersadar akan nasihat tidak langsung dari Si Nelayan. "Terimakasih pak", ucap Si Orang Kaya sambil menjabat tangan Si Nelayan, lalu melanjutkan jalan-jalan paginya. Si Nelayan yang ditinggalkan kembali menyandarkan bahunya di pojok perahu, mengeluarkan kitab Riyadhush-Shalihin dari plastik hitam tebal di balik papan-papan perahunya, lalu melanjutkan membaca bab Taqwa, sambil diterangi surya yang belum terlalu menyala.






---------
terinspirasi dari cerita lama, entah sumbernya dari mana... :)





[NOTE: sama sekali tidak sedang menganjurkan untuk hidup ala kadarnya, namun sedang mengajak tuk merenung tentang tujuan hidup sebenarnya...]

17 comments:

  1. katanya kmrn di acara tv org islam itu harus kaya...biar bisa bersedekah...

    ReplyDelete
  2. wah..ini mirip tulisan jokes yg dibuat oleh salah seorang sodara saya...
    alurnya hampir sama...ujung2nya sama...

    ReplyDelete
  3. hehehe... makanya saya tambahkan di bagian bawah, bahwa ini bukan anjuran tuk hidup alakadarnya...

    saya sendiri lebih stuju muslim dianjurkan kaya, daripada harus kaya...

    ReplyDelete
  4. saya juga terinspirasi dari cerita yg pernah saya dengar... tau deh sumbernya dari mana...

    ReplyDelete
  5. kesimpulannya, muslim kaya itu fardhu kifayah ya mas? jangan sampai miskin semua, gitu maksudnya

    ReplyDelete
  6. Saya menyukai filosofi Rasulullah, kejarlah dunia seolah kamu akan hidup selama2nya, dan kejarlah akhirat seolah kamu akan mati besok. Menurutku Hidup harus balance. *tfs anyway

    ReplyDelete
  7. Saya menyukai filosofi Rasulullah, kejarlah dunia seolah kamu akan hidup selama2nya, dan kejarlah akhirat seolah kamu akan mati besok. Menurutku Hidup harus balance. *tfs anyway

    ReplyDelete
  8. saya sih belum pernah mendapat penjelasan tuntas dari para ulama ttg fardhu kifayah or fardhu ain-nya menjadi kaya.

    tp klo melihat kewajiban2 muslim (zakat, haji, dll) maka setidaknya kaya itu menjadi anjuran..
    tetapi orang miskin juga mendapat kemuliaan dalam islam, sebagaimana dibuatnya bab khusus oleh al-Imam an-Nawawi dalam Riyadhush-shalihin yang membahas keutamaan orang fakir, orang lemah, dan orang yg tidak dikenal.

    ReplyDelete
  9. it's a good philosophy, but it's not from rasulullah shallallahu alaihi wasallam...

    asy-Syaikh al-Albani mengatakan bahwa kalimat tersebut "la asla lahu" (tidak ada asalnya)
    Demikian juga pernah ditegaskan oleh Prof. Mustafa Ali Ya'kub, seorang pakar hadis asal Indonesia. :)

    ReplyDelete
  10. Subhanallah...Cerita yg bagus dan menginspirasi saya.
    dan mudah2an menjadi Inspirasi juga bagi Nelayan dan siapaun utk tak henti2nya membaca, menuntut ilmu...

    yg bab taqwa sepertinya menarik juga..??
    jd pengen buka kitabnya.. :)


    ReplyDelete
  11. bukan hanya bab taqwa, seluruh isi riyadhush shalihin menarik.. :)

    ReplyDelete
  12. iya terima kasih untk renungannya.. entah knp saya seringkali lupa tujuan idop ini..btapa lemahnya diri ini..

    ReplyDelete
  13. sama-sama farhan-san...
    semoga Allah menguatkan kita..

    ReplyDelete
  14. Betul Akh,
    Karena penasaran dan sejak lama pengen beli bukunya Alhamdulillah skrng sdh ada kitabnya di Tarakan. dan
    Subhanallah isi kitab-nya bagus, ada banyak hikmah di dalamnya.
    Alhamdulillah Ana beli terinspirasi dari Akh. Syaikhul...-Syukron

    ReplyDelete