Sunday 29 November 2009

Keutamaan Dzikir Bersendiri

Dzikir sendirian disebutkan dalam hadis yang sama dengan dzikir bermajelis.

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam bersabda: Allah Ta'ala berfirman: Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku bersama hamba-Ku apabila dia berdzikir kepada-Ku. Maka bila hamba-Ku berdzikir kepada-Ku dengan tersembunyi pada dirinya, maka Aku akan mengingatnya dengan sendirian. Dan bila hamba-Ku berdzikir kepada-Ku di depan halayak ramai, maka Aku akan menyebutnya di hadapan halayak yang lebih dari halayaknya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dan Muslim dalam Shahih keduanya).

Dalam menjelaskan makna hadits ini, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menerangkan: “Yang dimaksud dengan berdzikir di depan khalayak ramai itu adalah berdzikir dengan berjamaah.”

Lebih lanjut beliau mengatakan : “Sebagian Ulama’ mengatakan bahwa dari hadits ini diambil pengertian bahwa dzikir khafiy (yakni dengan tersembunyi) itu lebih utama dari dzikir jahriy (yakni berdzikir dengan bersuara).” 

Dari hadits ini, kita mendapati pengertian bahwa Ibnu Hajar telah berijtihad dengan mengambil pengertian dari hadits ini, bahwa dzikir itu ada yang dilakukan dengan sendiri-sendiri dan ada pula dengan berjamaah.

Adapun tentang keutamaan dzikir sendirian yang sangat besar, disebutkan dalam hadis berikut:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Seorang pemimpin yang adil. Seorang pemuda yang tumbuh dalam ketekunan beribadah kepada Allah. Seorang lelaki yang hatinya selalu bergantung di masjid. Dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya. Seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang perempuan cantik lagi berkedudukan namun mengatakan, ‘Aku merasa takut kepada Allah’. Seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai-sampai tangan kanannya tidak mengerti apa yang diinfakkan oleh tangan kirinya (terbalik, seharusnya ’sampai-sampai tangan kirinya tidak mengerti apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya’, pent). Dan juga seorang yang mengingat Allah di saat sendirian hingga kedua matanya mengalirkan air mata.
(HR. al-Bukhari)

Lebih jauh lagi, pada dasarnya islam mengajarkan agar beramal secara sembunyi-sembunyi. Hal ini juga dapat kita lihat pada hadis di atas, ketika disebutkan tentang sedekah tangan kanan yang tidak diketahui tangan kirinya. Dan masih banyak dalil-dalil yang menunjukkan pada hal tersebut. Ini semua tidak lain agar ikhlas dapat lebih didekati, dan riya dapat lebih dijauhi. Dan ikhlas adalah inti tauhid, pondasi utama syariat yang mulia ini.

Wallahu a'lam
Wallahul-musta' an

2 comments: